Kasus Charlie Hebdo
Aksi
penembakan oleh orang tak dikenal di kantor majalah satir Prancis Charle Hebdo
menewaskan 12 orang. Korban tewas termasuk pemimpin redaksi dan kartunis
majalah tersebut.
Pemimpin
redaksi Stephane Charbonnier yang juga dikenal dengan nama 'Charb' adalah salah
satu korban tewas. Selain itu, ada pula korban yang merupakan kartunis bernama
Jean Cabut (Cabu), Bernard Verlhac (Tignous) dan Georges Wolinski (Wolinski).
Mereka selama ini terkenal karena berulang kali menerbitkan karikatur Nabi
Muhammad. Demikian dilansir AFP, Kamis (8/1/2015).
Sebelum
terjadi tembakan, Charlie Hebdo sempat mencuit tentang kartun pemimpin kelompok
militan Negara Islam (SIS), Abu Bakr al-Baghdadi. Sebelumnya pada November 2011,
kantor majalah satire ini pernah dilempari bom sehari setelah menyajikan
karikatur Nabi Muhammad.
Saat
ini, Aparat Prancis memburu tersangka pelaku serangan kantor majalah satir
Prancis Charlie Hebdo yang menewaskan 12 orang dan melukai 10 lainnya. saksi
mata menyebut pelaku penembakan tersebut mengenakan pakaian serba hitam dan
bertudung. Disebutkan ada dua pria bertudung memasuki gedung dengan menenteng
senjata otomatis Kalashnikov. "Kami mendengar (suara) mereka menembak di
dalam," ujar salah seorang saksi mata kepada sejumlah saluran media lokal.
"Kami semua dievakuasi langsung ke atap setelah mendengar suara tembakan
dan orang-orang langsung berlarian," lanjutnya.
Bapa
Suci, Fransiskus pun juga mengomentari soal pembantaian Charlie Hebdo dan
kontroversi sampul majalah tersebut minggu ini. Dia menyebut, kebebasan
beragama dan kebebasan berekspresi adalah hak asasi manusia yang mendasar.
Tapi, tak total kebebasan. "Ada batas. Setiap agama memiliki martabat.
Saya tidak bisa mengejek agama yang menghormati kehidupan manusia dan pribadi
manusia," kata Paus Fransiskus dalam perjalanannya menuju Filipina dikutip
dari Time, Kamis (15/1/2015). Paus juga mengecam kekerasan yang berlangsung di
Paris. Menurut dia, seseorang tak bisa menyinggung perasaan, berperang bahkan
membunuh atas nama agama. "Membunuh dalam nama Tuhan adalah
penyimpangan," imbuh dia.
Pernyataan Paus ini mematahkan ajaran klasik di Perancis yang menyatakan 'Jika teman dekat mengatakan kalimat kurang pantas pada Ibu (saya), dia harus dipukul di hidungnya'. Tapi, Paus memiliki pandangan yang berbeda, "Seseorang tidak bisa memprovokasi, seseorang tidak bisa menghina agama orang lain, seseorang tak bisa mengolok-olok iman," jelas dia. Kalimat ini terlontar, usai Paus meninggalkan Sri Lanka, di mana dia melakukan perjalanan yang berfokus pada harmoni dan inklusi antar-agama. Dalam kunjungan itu, secara mendadak Paus berkujung ke salah satu kuil Buddha, rumah dari biksu Banagala Upatissa. Di sana, Paus sempat bermeditasi dan berbicara dengan para biksu. Kunjungan Paus dan pernyataannya di dalam pesawat dikatakan menunjukkan betapa dia tertarik terlibat dalam kepentingan antar-agama.
Pernyataan Paus ini mematahkan ajaran klasik di Perancis yang menyatakan 'Jika teman dekat mengatakan kalimat kurang pantas pada Ibu (saya), dia harus dipukul di hidungnya'. Tapi, Paus memiliki pandangan yang berbeda, "Seseorang tidak bisa memprovokasi, seseorang tidak bisa menghina agama orang lain, seseorang tak bisa mengolok-olok iman," jelas dia. Kalimat ini terlontar, usai Paus meninggalkan Sri Lanka, di mana dia melakukan perjalanan yang berfokus pada harmoni dan inklusi antar-agama. Dalam kunjungan itu, secara mendadak Paus berkujung ke salah satu kuil Buddha, rumah dari biksu Banagala Upatissa. Di sana, Paus sempat bermeditasi dan berbicara dengan para biksu. Kunjungan Paus dan pernyataannya di dalam pesawat dikatakan menunjukkan betapa dia tertarik terlibat dalam kepentingan antar-agama.
Sumber
:a. http://news.detik.com
kutipan
:
a.
Pemimpin redaksi Stephane Charbonnier yang juga dikenal dengan nama 'Charb'
adalah salah satu korban tewas. Selain itu, ada pula korban yang merupakan
kartunis bernama Jean Cabut (Cabu), Bernard Verlhac (Tignous) dan Georges
Wolinski (Wolinski). Mereka selama ini terkenal karena berulang kali
menerbitkan karikatur Nabi Muhammad. Demikian dilansir AFP, Kamis (8/1/2015).
b.
Bapa Suci, Fransiskus mengomentari soal pembantaian Charlie Hebdo. Dia berkata "Ada
batas. Setiap agama memiliki martabat. Saya tidak bisa mengejek agama yang
menghormati kehidupan manusia dan pribadi manusia," kata Paus Fransiskus
dalam perjalanannya menuju Filipina dikutip dari Time, Kamis (15/1/2015).
Catatan
Kaki (footnote):
· >> news.detik.com, Pemimpin Redaksi Charlie Hebdo Tewas dalam Aksi Penembakan di Prancis
(8 Januari 2015).
· >> internasional.metrotvnews.com, Kasus Charlie Hebdo, Paus Fransiskus:
Kebebasan Beragama dan Berekspresi Ada Batasnya (16 Januari 2015).