Jumat, 16 Januari 2015

Tugas Artikel

Kasus Charlie Hebdo

Aksi penembakan oleh orang tak dikenal di kantor majalah satir Prancis Charle Hebdo menewaskan 12 orang. Korban tewas termasuk pemimpin redaksi dan kartunis majalah tersebut.

Pemimpin redaksi Stephane Charbonnier yang juga dikenal dengan nama 'Charb' adalah salah satu korban tewas. Selain itu, ada pula korban yang merupakan kartunis bernama Jean Cabut (Cabu), Bernard Verlhac (Tignous) dan Georges Wolinski (Wolinski). Mereka selama ini terkenal karena berulang kali menerbitkan karikatur Nabi Muhammad. Demikian dilansir AFP, Kamis (8/1/2015).

Sebelum terjadi tembakan, Charlie Hebdo sempat mencuit tentang kartun pemimpin kelompok militan Negara Islam (SIS), Abu Bakr al-Baghdadi. Sebelumnya pada November 2011, kantor majalah satire ini pernah dilempari bom sehari setelah menyajikan karikatur Nabi Muhammad.

Saat ini, Aparat Prancis memburu tersangka pelaku serangan kantor majalah satir Prancis Charlie Hebdo yang menewaskan 12 orang dan melukai 10 lainnya. saksi mata menyebut pelaku penembakan tersebut mengenakan pakaian serba hitam dan bertudung. Disebutkan ada dua pria bertudung memasuki gedung dengan menenteng senjata otomatis Kalashnikov. "Kami mendengar (suara) mereka menembak di dalam," ujar salah seorang saksi mata kepada sejumlah saluran media lokal. "Kami semua dievakuasi langsung ke atap setelah mendengar suara tembakan dan orang-orang langsung berlarian," lanjutnya.

Bapa Suci, Fransiskus pun juga mengomentari soal pembantaian Charlie Hebdo dan kontroversi sampul majalah tersebut minggu ini. Dia menyebut, kebebasan beragama dan kebebasan berekspresi adalah hak asasi manusia yang mendasar. Tapi, tak total kebebasan. "Ada batas. Setiap agama memiliki martabat. Saya tidak bisa mengejek agama yang menghormati kehidupan manusia dan pribadi manusia," kata Paus Fransiskus dalam perjalanannya menuju Filipina dikutip dari Time, Kamis (15/1/2015). Paus juga mengecam kekerasan yang berlangsung di Paris. Menurut dia, seseorang tak bisa menyinggung perasaan, berperang bahkan membunuh atas nama agama. "Membunuh dalam nama Tuhan adalah penyimpangan," imbuh dia.

Pernyataan Paus ini mematahkan ajaran klasik di Perancis yang menyatakan 'Jika teman dekat mengatakan kalimat kurang pantas pada Ibu (saya), dia harus dipukul di hidungnya'. Tapi, Paus memiliki pandangan yang berbeda, "Seseorang tidak bisa memprovokasi, seseorang tidak bisa menghina agama orang lain, seseorang tak bisa mengolok-olok iman," jelas dia. Kalimat ini terlontar, usai Paus meninggalkan Sri Lanka, di mana dia melakukan perjalanan yang berfokus pada harmoni dan inklusi antar-agama. Dalam kunjungan itu, secara mendadak Paus berkujung ke salah satu kuil Buddha, rumah dari biksu Banagala Upatissa. Di sana, Paus sempat bermeditasi dan berbicara dengan para biksu. Kunjungan Paus dan pernyataannya di dalam pesawat dikatakan menunjukkan betapa dia tertarik terlibat dalam kepentingan antar-agama.

               b. http://internasional.metrotvnews.com

kutipan :
a. Pemimpin redaksi Stephane Charbonnier yang juga dikenal dengan nama 'Charb' adalah salah satu korban tewas. Selain itu, ada pula korban yang merupakan kartunis bernama Jean Cabut (Cabu), Bernard Verlhac (Tignous) dan Georges Wolinski (Wolinski). Mereka selama ini terkenal karena berulang kali menerbitkan karikatur Nabi Muhammad. Demikian dilansir AFP, Kamis (8/1/2015).
             
b. Bapa Suci, Fransiskus mengomentari soal pembantaian Charlie Hebdo. Dia berkata "Ada batas. Setiap agama memiliki martabat. Saya tidak bisa mengejek agama yang menghormati kehidupan manusia dan pribadi manusia," kata Paus Fransiskus dalam perjalanannya menuju Filipina dikutip dari Time, Kamis (15/1/2015).

Catatan Kaki (footnote):
·        >> news.detik.com, Pemimpin Redaksi Charlie Hebdo Tewas dalam Aksi Penembakan di Prancis (8 Januari 2015).
·        >> internasional.metrotvnews.com, Kasus Charlie Hebdo, Paus Fransiskus: Kebebasan Beragama dan Berekspresi Ada Batasnya (16 Januari 2015).